Hari Raya Penampakan Tuhan. 3 Januari 2016 [Matius 2:1-12]
“Ketika mereka melihat bintang itu, sangat bersukacitalah mereka. Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, (Mat 2: 10-11).”
Hari ini kita merayakan Hari Raya Epifani Tuhan. Kata Epifani berasal dari kata Yunani ‘epiphananie’, yang berarti ‘penampakan’. Oleh karena itu, tidak salah jika hari hari ini juga dikenal sebagai Hari Raya Penampakan Tuhan. Perayaan ini dianggap salah satu yang tertua dan paling penting karena Bayi Allah mengundang tidak hanya orang-orang Yahudi, tetapi juga bangsa-bangsa lain, diwakili oleh tiga orang Majus, untuk mengunjungi dan akhirnya menyembah Dia. Di awal hidup-Nya, Yesus memperlihatkan sendiri sebagai Raja segala bangsa.
Satu pertanyaan kecil mungkin belum terjawab: mengapa tiga orang Majus dari Timur mengikuti sang bintang? Perjalanan mereka didasarkan pada kepercayaan kuno bahwa kelahiran seorang raja besar ditandai dengan penampilan bintang baru di langit. Namun, kita tidak pernah yakin ‘bintang’ seperti apa yang benar-benar dilihat orang Majus. Apakah itu sebuah komet, supernova, konstelasi tidak biasa, planet, atau cahaya supranatural? Satu hal yang kita yakin. Bintang ini memiliki arti sangat penting, dan Gaspar, Balthazar dan Melchior berani meninggalkan kenyamanan di tanah air mereka, berjalan ribuan mil dan menghadapi semua bahaya dan ketidakpastian.
Namun, seperti banyak orang Israel yang mengharapkan Mesias sebagai raja, hal pertama yang orang-orang dari Timur lakukan adalah mengunjungi istana. Dan seperti seluruh bangsa Yahudi, mereka keliru. Mereka menemukan Herodes yang tidak ingin memiliki penguasa lain kecuali dirinya sendiri dan para pemimpin agama Yahudi yang tidak melihat bintang itu datang. Tidak ada sang Raja di dalam istana yang indah dan penuh perhiasan.
Pengalaman Epifani mengejutkan semua orang. Namun, Orang Majus menunjukkan reaksi yang berbeda dari Raja Herodes dan para imam tinggi. Sementara pemimpin Yahudi mengabaikan panduan ilahi, dan Herodes yang egois diam-diam bersekongkol untuk membunuh sang bayi, ketiga orang baik memilih untuk belajar dari kesalahan mereka dan melanjutkan perjalanan mereka. Bahkan, pergi menjauh dari pusat kekuasaan duniawi adalah pengalaman yang membebaskan dan membahagiakan bagi mereka bertiga. Memperbaharui harapan mereka dan menyelaraskan dengan sang bintang sekali lagi, mereka akhirnya menemukan bayi Yesus. Sekali lagi, para bangsawan dari Timur terkejut melihat Raja besar di tempat yang paling tidak layak. Pangeran Surga menjadi anak dari seorang tukang kayu miskin dan seorang wanita sederhana dari desa sederhana, Nazareth. Sang Pencipta terlahir diantara manusia, hewan dan tanaman di palungan tidak terlalu higienis. Meskipun semua peristiwa ini tak terduga, orang-orang bijaksana dari Timur menemukan kegembiraan karena mereka melihat Allah. Memang, Allah kita adalah Allah yang penuh kejutan.
Epifani atau penampakan Tuhan terjadi di dalam hidup kita, dan pastinya akan mengoncangkan kita, menghancurkan ekspektasi kita dan merusak rencana-rencana kita. Apakah kita akan menjadi seperti para pemimpin Yahudi yang menolak kehadiran Allah di depan mata mereka? Apakah kita akan menjadi seperti Herodes yang benar-benar marah dan memaksa sesuatu menurut kehendaknya? Atau, seperti orang Majus, kita membiarkan diri kita dikejutkan dan menerimanya sebagai momen kasih karunia?
Ketika saya bertanya pada seorang teman tentang apa rencana dan harapannya pada 2016, dia menjawab, “Saya tidak merencanakan, tapi Tuhan berencana untuk saya!” Mungkin, dalam semangat yang sama, jawaban terbaik ketika beberapa orang bertanya padaku, “Kapan tahbisan?” Jawaban yang paling pasti ‘In His time!’ Apa rencana dan resolusi anda pada tahun 2016? Apakah anda siap untuk dikejutkan oleh Allah? Apakah kita siap untuk melihat Allah dalam kejutan-Nya dan akan diberkati tahun ini?
Frater Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP
