Mengapa Kita Percaya kepada Tritunggal Mahakudus

Hari Raya Tritunggal Mahakudus
4 Juni 2023
Yohanes 3:16-18

Pada hari Minggu setelah Pentekosta, Gereja merayakan misteri dari segala misteri, yaitu Tritunggal Mahakudus, Satu Allah dalam Tiga Pribadi, Bapa, Putra dan Roh Kudus. Tidak diragukan lagi, kebenaran ini sangat sulit untuk dipahami, apalagi dijelaskan. Namun, mengapa Gereja bersikeras untuk mengajarkan hal ini dan bahkan merayakan misteri ini? Mengapa Gereja tidak mengajarkan sesuatu yang lebih sederhana daripada misteri Tritunggal, dan mungkin, Gereja dapat memperoleh lebih banyak pengikut?

Gereja tidak dapat mengubah ajaran tentang Tritunggal Mahakudus. Mengapa? Karena ini adalah kebenaran Injil! Seandainya Gereja memproklamasikan versi Allah yang telah dipermudah, Gereja akan berada dalam kesalahan besar dan kehilangan identitasnya sebagai Gereja yang didirikan oleh Kristus. Kenyataannya, ada upaya-upaya untuk mengubah misteri ini sejak awal sejarah Gereja. Ada beberapa teolog yang mengusulkan bahwa Allah itu hanya satu satu pribadi (bukan tiga), dan Dia hanya menampakkan diri dalam berbagai ‘mode’ ketika berhadapan dengan ciptaan. Dia adalah Bapa ketika Dia menciptakan dunia, Putra ketika Dia menyelamatkannya, dan Roh Kudus ketika Dia menguduskannya. Ajaran ini secara tradisional disebut sebagai modalisme, dan Gereja menolak tegas ajaran ini.

Ajaran lain mengatakan bahwa Bapa adalah satu-satunya Allah, sementara Yesus (dan Roh Kudus) bukanlah ilahi, dan dengan demikian tidak ada ‘Tritunggal’. Salah satu pencetus pandangan ini adalah Arius dari Aleksandria dari abad ke-4 Masehi. Dia mengatakan bahwa Yesus bukanlah ilahi, melainkan makhluk ciptaan yang dikaruniai kekuatan super. Pada masa itu, hal ini menjadi kontroversi besar, dan kesederhanaan ajaran Arius menarik banyak orang. Gereja tahu bahwa ajaran ini tidak benar dan dengan tegas menyatakannya sebagai ajaran yang salah, dan karena itu Gereja harus mengalami penganiayaan. Banyak umat beriman memilih mati daripada meninggalkan misteri Tritunggal Mahakudus.

Mengapa kita tidak memilih ajaran tentang Tuhan yang lebih sederhana? Mengapa Gereja mempertahankan kebenaran yang sangat kompleks dan sulit tentang Tritunggal Mahakudus? Ajaran-ajaran yang sederhana mungkin menarik dan mudah diterima, tetapi bukan berarti ajaran-ajaran yang lebih kompleks secara otomatis salah atau tidak relevan. Sebagai contoh, penjumlahan dan pengurangan adalah hal yang paling mendasar dan paling sederhana dalam matematika, tetapi matematika juga mengandung aljabar dan geometri yang kompleks. Apakah ini berarti kita dapat dengan mudah mengabaikan aljabar dan menganggapnya salah karena terlalu rumit untuk kita pahami? Tentu saja tidak! Kebenaran tidak berubah meskipun kita tidak menyukainya atau mengabaikannya. Kebenaran tetap ada meskipun kita mencoba untuk menggantinya.

Bagi Gereja, misteri Tritunggal Mahakudus bukanlah satu kebenaran di antara kebenaran lainnya, melainkan kebenaran dari segala kebenaran. Bahkan, kebenaran inilah yang menyelamatkan. Seperti halnya mempelajari kebenaran matematika yang dapat membantu kita dalam membangun rumah dan dengan demikian, meningkatkan kehidupan kita. Demikian pula mempelajari dan menghayati kebenaran tertinggi, misteri Tritunggal, dapat membawa kita lebih dekat kepada kehidupan kekal. Akan tetapi, jika kita mempercayai dan mengajarkan pemahaman yang salah tentang Allah kita, hal ini dapat menyesatkan kita dan bahkan membahayakan keselamatan jiwa kita. Inilah sebabnya mengapa kita senantiasa percaya, mengajarkan dan menghidupi misteri Tritunggal Mahakudus.

Roma
Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP

Leave a comment