Minggu ke-25 dalam Masa Biasa [C]
21 September 2025
Lukas 16:1-13
Hari ini, kita dihadapkan pada salah satu perumpamaan Yesus yang sulit dipahami: perumpamaan tentang bendahara yang tidak jujur. Kesulitannya terletak pada sebuah kontradiksi: Bendahara itu dipuji atas tindakan yang seharusnya tidak dilakukannya. Ia menyalahgunakan wewenangnya dan memanipulasi harta tuannya untuk keuntungan pribadi, tetapi dia dipuji. Jadi, bagaimana kita memahami hal ini?

- Ia Dipuji atas Kecerdikannya, Bukan Moralitasnya
Pertama, penting untuk memahami bahwa bendahara itu dipuji karena kecerdikannya, bukan etika moralnya. Kata Yunani yang digunakan adalah φρονίμως (phronimos), yang berarti seseorang yang bijaksana, cerdas, atau pandai dalam urusan-urusan praktis. Di hadapan krisis, bendahara itu membuat keputusan yang tajam dan terukur. Setelah tertangkap karena ketidakjujurannya dan menghadapi pemecatan, ia tahu bahwa ia tidak memiliki keterampilan lain untuk bertahan hidup. Karena ia pasti akan dipecat, meminta ampun juga tidak ada gunanya. Sebaliknya, ia menggunakan satu-satunya keterampilan yang dimilikinya, manajemen manipulatif, untuk menciptakan semacam jaring pengaman. Dengan mengurangi utang, ia menjadikan para peminjam sebagai teman-temannya yang akan menerimanya setelah pekerjaannya hilang, sehingga menyelamatkan dirinya dari kemiskinan dan rasa malu.
2. Kecerdasan Duniawi “Anak-Anak Zaman Ini”
Kedua, perumpamaan ini menggambarkan bagaimana “anak-anak zaman ini” dapat dengan luar biasa mahir menggunakan sumber daya mereka untuk menghadapi krisis dan mencapai “keselamatan” mereka. Cinta akan uang telah membutakannya, namun ketika krisis sesungguhnya datang, sang bendahara menyadari apa yang paling penting bagi dirinya: kelangsungan hidupnya di dunia ini. Ia secara pragmatis mengubah kekayaan yang diperoleh secara curang menjadi modal relasional untuk menjamin kelangsungan hidupnya di dunia ini.
3. Tantangan bagi “Anak-Anak Terang”
Akhirnya, dan yang paling penting, perumpamaan ini menantang “anak-anak terang” untuk menyadari krisis nyata yang kita hadapi dan untuk menjadi sebijaksana mungkin dalam mengejar keselamatan sejati kita. Apa krisis kita? Sama seperti tuan kembali untuk menghakimi bendaharanya, Tuhan kita akan kembali untuk menghakimi kita. Banyak dari kita hidup dalam ilusi bahwa penghakiman Allah masih jauh, berpikir kita memiliki waktu yang tak terbatas. Namun, kita tidak tahu jam berapa Tuhan akan datang atau kapan kematian akan memanggil kita untuk mempertanggungjawabkan diri. Bendahara yang tidak jujur tahu bahwa hidup duniawinya terancam dan bertindak lugas untuk menyelamatkannya. Betapa lebih penting bagi kita, yang mengejar hidup kekal, untuk menggunakan waktu, talenta, dan harta kita untuk mempersiapkan diri menghadapi kedatangan Tuhan yang tak terduga.
Pier Giorgio Frassati tampak seperti pemuda biasa pada zamannya: ia menyukai olahraga seperti hiking dan merupakan pelajar yang aktif terlibat dalam isu-isu sosial dan politik zamannya. Ia juga seorang Katolik yang taat berdoa Rosario dan menghadiri Misa secara teratur. Ia meninggal secara tiba-tiba pada usia 24 tahun, dan di mata dunia, dia tidak memiliki pencapaian apa-apa. Namun, pada hari pemakamannya, ribuan orang, kebanyakan orang miskin, datang untuk berduka. Terungkap bahwa selama bertahun-tahun, ia secara rahasia mengunjungi dan membantu orang-orang miskin. Pada tahun 1990, Paus Yohanes Paulus II mengangkatnya sebagai beato, dan menyebutnya sebagai “manusia Delapan Sabda Bahagia”. Pier Giorgio adalah contoh sempurna seorang “anak terang” yang menggunakan sumber daya duniawinya dengan bijak untuk mempersiapkan diri menyambut kedatangan Tuhan yang tidak terduga.
Surabaya
Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP
Pertanyaan Panduan untuk Refleksi:
Apakah kita siap untuk kedatangan Tuhan kita? Dalam keadaan apa Dia akan menemukan kita hari ini? Bagaimana kita mempersiapkan diri? Langkah praktis apa yang kita ambil untuk berinvestasi dalam masa depan kekal kita? Hal-hal duniawi apa yang kita ikat? Apakah uang, kenyamanan, status, atau kebanggaan? Bagaimana kita bisa terbebas dari ikatan-ikatan ini? Bagaimana kita bisa mengalihkan sumber daya ini untuk melayani Tuhan dan orang lain, menimbun “harta di surga”?

![Pesta Salib Suci [C]
14 September 2025
Yohanes 3:13-17
Salib adalah simbol universal Kristiani. Orang-orang Kristen mengenakannya sebagai bentuk perhiasan, seperti kalung, cincin, dan anting-anting, baik sebagai tanda devosi atau iman, maupun sekadar sebagai fashion. Gereja, dan berbagai institusi Kristiani memiliki salib sebagai penandanya. Namun, meskipun kita mungkin sudah familiar, sejarah dan makna mendalam salib sering kali diabaikan.](https://bayuop.com/wp-content/uploads/2025/09/crucifix-32.jpg?w=335)







