Hari Raya Tritunggal Mahakudus. 22 Mei 2016 [Yohanes 16:12-15]
“Roh itu datang, yaitu Dia yang menyatakan kebenaran tentang Allah, kalian akan dibimbing-Nya untuk mengenal seluruh kebenaran. (Yoh 16:13).”
Misteri Tritunggal Mahakudus adalah ajaran yang paling mendasar tetapi juga yang paling sulit untuk dimengerti. Pemikir-pemikir besar Gereja, seperti Santo Agustinus dari Hippo, St. Thomas Aquinas dan Karl Rahner telah berusaha untuk memahami misteri ini, tetapi penjelasan mereka menabrak dinding raksasa. Suatu hari, ketika St. Agustinus sedang berjalan di sepanjang pantai, bermeditasi tentang misteri Tritunggal Mahakudus, uskup yang kudus ini melihat seorang anak kecil menggali lubang di pasir. Dia datang mendekat dan melihat bahwa anak itu mencoba untuk memindahkan air laut ke dalam lubang kecil. St Agustinus kemudian mengatakan kepada anak itu bahwa apa yang ia lakukan adalah sia-sia. Tiba-tiba anak kecil itu menjawab, ‘Sama halnya dengan apa yang kamu lakukan, ketika kamu mencoba mengerti Tritunggal di dalam kepalamu yang kecil.’
Namun, kita tidak boleh putus asa. Untuk mendapatkan gambaran yang sedikit lebih jelas tentang Tritunggal, kita mencoba melihat bahwa misteri Tritunggal sebagai misteri Kasih. Kata ‘Misteri’ berarti sesuatu yang kita tidak dapat sepenuhnya pahami, namun kita tahu bahwa kenyataan ini begitu benar dan tak terbantahkan. Kasih adalah misteri karena seringkali kita tidak bisa benar-benar memahami kasih, tapi kita yakin bahwa kasih itu nyata dan tak terbantahkan. Sebagai orang tua, kita mengasihi anak-anak kita, kita merawat mereka, dan menginginkan hal-hal yang terbaik bagi mereka, namun seringkali kita tidak mengerti mengapa mereka tidak menghargai kita, dan sering menjadi sulit untuk dikasihi. Seorang pemuda yang jatuh cinta dengan seorang gadis, seringkali kesulitan untuk mendapatkan hatinya, tapi dia tahu bahwa kasih dan cintanya bagi sang gadis itu benar adanya. Bahkan, bagi pasangan yang telah menikah selama puluhan tahun, kadang-kadang, mereka masih menghadapi jalan berbatu dan gagal untuk memahami satu sama lain, tetapi lagi-lagi, mereka tidak pernah meragukan kasih mereka satu sama lain.
Trinitas adalah kasih. Uskup Robert Baron dari Los Angeles, menjelaskan bahwa kasih sejati selalu melibatkan yang mengasihi, yang menerima kasih, dan kasih itu sendiri yang menyatukan mereka berdua. Di dalam kasih, ada dinamis yang indah dari tiga kasih. Kasih adalah salah satu, namun juga adalah tiga. Di dalam Trinitas, Allah Bapa mengasihi Allah Putra dengan total, dan Allah Putra mengasihi Allah Bapa secara radikal, dan kasih yang menyatukan Allah Bapa dan Putra adalah Allah Roh Kudus. Tidak heran, St. Yohanes menulis bahwa Allah adalah kasih (1 Yoh 4:6). Kasih sejati bukan tentang teori, tapi transformasi kehidupan. Kita bisa membahas tentang Tritunggal selama berjam-jam, namun percuma jika kita gagal untuk membantu pengemis menderita kelaparan yang sangat membutuhkan makanan. St. Thomas Aquinas telah menulis tentang Allah dengan sangat baik. Tulisannya tentang Tritunggal tetap menjadi pedoman bagi siswa teologi yang berusaha untuk memahami lebih baik misteri ini. Pada akhir hidupnya, Tuhan di kayu salib menampakkan diri kepada Thomas dan bertanya apa yang ia harapkan sebagai imbalan atas kerja kerasnya. St. Thomas dengan rendah hati menjawab, ‘Hanya Engkau Tuhan, hanya Engkau.’ Bagi Thomas, semua apa yang ia tulis seperti jerami dibandingkan dengan Kasih ia secara pribadi temui.
Sungguh, Tritunggal Mahakudus adalah misteri yang tidak terselami, tetapi setiap kali kita peduli terhadap sesama, membantu teman-teman kita, mengampuni musuh-musuh kita dan mengasihi secara total, Trinitas menjadi nyata dan menampakan diri dalam diri kita.
Frater Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP
