Tuntutan Kasih

Minggu Biasa ke-13/26 Juni 2016 [Lukas 9:51-62]

 “Biarlah orang mati menguburkan orang mati (Luk 9:60).”

following jesusMengikuti Yesus itu sulit. Dalam Injil hari ini, Dia menuntut ada tiga hal penting yang harus kita berani lepaskan. Hal pertama adalah fokus kita pada musuh atau orang tidak kita sukai. Sepertinya mudah untuk mengabaikan orang-orang yang tidak kita sukai, tetapi dalam kenyataannya, mereka mengambil banyak perhatian dan energi kita. Seringkali, seperti Yakobus dan Yohanes, kemarahan kita mendorong kita untuk membalas dendam, bahkan dengan cara kekerasan. Pikiran dan emosi kita terkuras oleh kebencian dan menunggu saat pembalasan. “Tuhan, apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka (orang Samaria yang menolak Yesus)?” Namun, Yesus mengingatkan kita bahwa hal ini harus kita lepas.

Hal Kedua adalah hasrat kita untuk keamanan dan kenyamanan hidup. Untuk mencari kenyamanan dan kehidupan yang menyenangkan adalah bagian dari sifat kita, dan ini tidak lepas dari usaha kita mengumpulkan kekayaan. Mentalitas modern juga melatih kita untuk mencintai kerja dan bersaing untuk posisi tertinggi dan sukses terbesar. Ketika kita bekerja keras dan berprestasi di berbagai bidang hidup kita, seperti dalam karir, bahkan dalam pelayanan kita di Gereja, ini memberi kita kepuasaan. Namun, Yesus juga menginginkan kita untuk lepaskan hal ini. Yesus secara sederhana mengatakan, “Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.

Hal ketiga adalah yang paling sulit. Ini adalah keluarga. Ketika seorang pengikut Yesus ingin menguburkan ayahnya, Yesus membuat pernyataan kuat namun simbolik, “Biarlah orang mati menguburkan orang mati.” Sebagai orang Indonesia, saya memiliki rasa kekeluargaan yang kuat. Hampir semua peristiwa besar dalam hidup saya seperti wisuda dan kaul kekal, orang tua saya hadir dengan bangga. Meskipun, ini berarti mereka perlu terbang ke Manila dan menghabiskan banyak uang. Sama halnya juga dengan frater-frater OP Filipina, tidak terpikirkan bagi mereka untuk benar-benar melepaskan diri dari keluarga mereka. Namun, bahkan yang paling berharga ini, Yesus ingin kita sisihkan.

Sepertinya permintaan yang Yesus tidak hanya sangat sulit, tetapi juga mustahil. Mengapa harus seperti ini? Membaca Injil hari ini, kita melihat bahwa Yesus telah menetapkan tujuan-Nya ke Yerusalem. Dia tahu betul bahwa tidak ada apa-apa selain kegagalan dan kematian-Nya di sana. Namun, Dia tetap melakukan ini karena Dia taat pada kehendak Bapa-Nya. Apakah kehendak Bapa? Hal ini adalah tuntutan kasih: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.” Yesus mengajak kita untuk membenahi prioritas kasih kita secara radikal. Ketika kita mengasihi Allah, maka selebihnya akan berada di tempat yang tepat.

Ketika kita melihat Allah terlebih dahulu, kita akan mencoba sebaik mungkin untuk mengasihi orang yang membenci kita karena mereka juga diciptakan sebagai citra Allah juga. Ketika kita mencari Tuhan terlebih dahulu, harta benda, kesuksesan dan keamanan hidup dipandang sebagai berkat dari Tuhan. Dan, sebagai berkat, kita dengan mudah berbagi dengan sesama. Ketika kita mengasihi Allah terlebih dahulu, kasih kita untuk keluarga kita akan dimurnikan, karena kita akan membawa mereka lebih dekat dengan Tuhan.

Seorang teman bercerita bagaimana keluarga sangat penting baginya. Tapi, semua mulai berantakan, karena adiknya terterat dalam kecanduan narkoba. Awalnya, ia tidak suka adiknya menjalani rehabilitasi dan terpisah dari keluarga untuk waktu yang lama. Tapi, setelah doa yang panjang, ia memutuskan untuk membawa adiknya untuk masuk pusat pemulihan. Ini adalah keputusan yang menyakitkan, tapi kasihnya kepada Allah telah membawa dia ke sebuah kasih yang lebih besar untuk sang adik. Sekarang, ia menjadi lebih saleh dan ia menghadiri misa setiap hari untuk pemulihan adiknya.

Untuk mengikuti Yesus adalah sulit, tetapi ini adalah bagian dari tuntutan kasih. Dan hanya kasih kita kepada Allah membawa kita pada kepenuhan hidup.

Frater Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP

One thought on “Tuntutan Kasih

Leave a comment