Satu Gembala, Satu Kawanan Domba

Minggu ke-24 pada Pekan Biasa. 11 September 2016 [Lukas 15: 1-10]

“Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dombaku yang hilang itu telah kutemukan (Luk 15:6).”

lost-sheepPerumpamaan tentang domba yang hilang sebenarnya berbicara tentang siapa diri kita dan relasi mendasar kita dengan Yesus dan sesama. Kita semua domba-Nya dan Dia adalah gembala kita. Apakah kita domba yang setia berada di dalam gembalaan, atau domba yang tersesat, kita tetap domba-domba-Nya.

Dari kebenaran ini, kita bertanya: Mengapa sebagian dari kita sesat? Mengapa sebagian dari kita tidak lagi pergi ke Gereja atau aktif di paroki? Mengapa beberapa meninggalkan Gereja? Mengapa beberapa akhirnya menjadi musuh dan pembenci Gereja? Biasanya kita akan dengan mudah menyatakan bahwa ini adalah kesalahan mereka. Namun, bukankah kita semua adalah domba dari kawanan yang sama, berbagi padang rumput yang sama dan memiliki Gembala yang sama? Jika ada saudara kita yang tersesat, kita juga ikut bertanggung jawab.

Sangat mudah untuk menyalahkan orang lain, tapi apakah kita pernah bertanya mengapa mereka gagal dan hilang. Kita cenderung melihat mereka sebagai masalah untuk diselesaikan, objek rusak siap untuk dibuang. Kita tidak lagi melihat mereka sebagai saudara-saudari kita, domba-domba gembalaan Yesus. Mungkin, saudara-saudari kita tidak lagi pergi ke Gereja karena kita tidak lagi peduli dengan kesulitan mereka. Mungkin, mereka meninggalkan Gereja karena hidup kita tidak lagi menjadi kesaksian iman dalam Yesus.

Kebijakan pemerintahan baru di Filipina untuk memerangi narkoba telah mencapai titik yang memprihatinkan. Lebih dari dua ribu jiwa telah melayang hanya dalam waktu dua bulan. Memang, banyak dari mereka yang terbunuh adalah pengedar skala kecil dan pengguna, dan jika kita melihat mereka hanya sebagai masalah dan hama bagi masyarakat, kematian tampaknya jawaban tercepat dan mudah. Tapi, jika kita sakit kepala, apakah kita akan memotong kepala kita? Apakah kita pernah bertanya mengapa mereka menjadi korban dari jerat narkoba? Sebagain besar dari mereka yang tewas sebenarnya adalah orang miskin. Narkoba menjadi solusi instan mencari uang atau menghilangkan lapar. Apakah kita pernah berusaha untuk mengentaskan kemiskinan mereka? Ketidakpedualian kita secara tidak langsung telah menyebabkan mereka jatuh ke dalam kemiskinan, kesengsaraan dan narkoba.

Rm. Gerard Timoner III, OP, provincial kami di Filipnia, selalu mengajarkan kami bahwa  ‘brothers shepherding brothers’ atau menjadi pengembala bagi sesama frater di seminari. Ini berarti bahwa tanggung jawab untuk menjaga dan merawat frater-frater di formasi tidak hanya terletak pada formator, tetapi juga pada setiap frater. Kita perlu menjadi gembala bagi sesama, terutama ketika para gembala utama tampak jauh. Baru-baru ini, ia juga berbagi dengan kami apa yang ia peroleh dari Kapitel Umum Dominikan di Bologna, Italia, bulan Agustus lalu. Dia menekankan bahwa untuk mempromosikan panggilan Dominikan tidak hanya berarti sibuk merekrut anggota baru, tetapi lebih penting adalah memperhatikan dan menjaga panggilan dari saudara-saudara kita sendiri di dalam Ordo.

Untuk menjadi domba-domba Kristus berarti bahwa kita juga adalah bagian dari kawanan domba yang lebih besar. Seperti halnya Yesus menjaga setiap dari kita, kita juga perlu untuk menjaga satu sama lain. Sebagai Gembala yang Baik mencari domba yang hilang, kita juga akan mencari saudara-saudari kita yang hilang dalam perjalanan mereka. Tentunya, tidak mudah, tapi kita akan selalu ingat bahwa mereka juga masih saudara-saudara kita, domba-domba Kristus, seperti kita.

Frater Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP

Leave a comment