Selamat Hari Ibu!

Hari Raya Santa Perawan Maria, Bunda Allah [1 Januari 2019] Lukas 2: 16-21

mary and jesus - javanese 2Kita mungkin bertanya-tanya mengapa Gereja menempatkan Hari Raya Maria, Bunda Allah pada tanggal 1 Januari, atau pada Tahun Baru. Orang mungkin berpikir bahwa Gereja ingin kita menghadiri misa pada hari pertama tahun baru ini. Bagi mereka yang ingin memiliki liburan panjang, ini mungkin tidak menyenangkan, tetapi bagi sebagian dari kita yang ingin diberkati sepanjang tahun, itu adalah ide yang bagus. Namun, pasti ada sesuatu yang lebih dalam mengapa tanggal 1 Januari.

Salah satu alasan adalah bahwa Gereja mengundang kita semua untuk merenungkan tahun yang baru berlalu dengan rasa syukur, ketika kita mengingat berkat-berkat yang telah kita terima, dan dengan demikian, kita dapat melihat ke depan dengan iman dan harapan. Dalam Injil, Maria digambarkan sebagai seseorang yang selalu menyimpan hal-hal di hatinya dan merenungkannya (lihat Luk 2:19). Seperti Maria, kita diminta untuk berhenti sebentar pada hari penting tahun ini dan merenungkan karya Tuhan dalam hidup kita.

Alasan lain yang saya pikir lebih mendasar adalah bahwa sudah sepantutnya untuk mengakhiri oktaf Natal dengan Perayaan Maria Bunda Allah. “Oktaf” berarti delapan, dan dalam liturgi Gereja, itu berarti delapan hari perayaan memperingati momen besar di Gereja seperti Paskah dan Natal. Seperti oktaf Natal dimulai dari tanggal 25 Desember hingga 1 Januari. Jika pada hari Natal, kita merayakan kelahiran Yesus, pada hari terakhir oktaf, kita memperingati perempuan yang melahirkan Yesus. Tanpa seorang ibu yang menerima bayi di dalam rahimnya, mengandung bayinya selama sembilan bulan, dan mempertaruhkan hidupnya saat melahirkan, seorang bayi tidak akan dilahirkan. Singkatnya, tanpa Maria, tidak akan ada Yesus.

Menjadi seorang ibu adalah bagian alami dari menjadi seorang perempuan, namun meskipun alami, ini tetap merupakan proses yang sangat sulit bagi seorang perempuan. Saya bukan seorang perempuan, tetapi saya dapat mengatakan bahwa ini adalah hidup penuh pengorbanan. Kenapa? Karena untuk merawat dan membesarkan Diakon Bayu menyebabkan banyak tekanan darah tinggi! Memang benar bahwa tidak semua ibu sempurna. Beberapa memiliki kelemahan dan kesalahan, tetapi fakta bahwa seorang ibu telah memutuskan untuk melahirkan anaknya, ia telah mempertaruhkan nyawanya bagi sang anak.

Sekarang jika menjadi ibu dari seorang manusia adalah luar biasa sulit, bagaimana dengan menjadi Bunda Allah? Kita bisa belajar dari Maria sendiri. Dia hamil di luar nikah, dan orang-orang bisa saja merajam dia sampai mati. Dia melahirkan Yesus di kandang yang kotor tanpa bantuan medis professional, dan ini sangat berbahaya. Dia membesarkan Yesus yang seringkali Dia tidak mengerti tingkah laku Yesus. Pada akhirnya, dia akan menyaksikan dengan matanya sendiri bagaimana putra satu-satunya dihina, disiksa, dan disalibkan. Betapa pengalaman yang menyakitkan untuk mengubur anaknya sendiri! Nubuat Simeon bahwa pedang akan menembus jiwa Maria menjadi kenyataan (lihat Luk 2:35).

Memang, Maria paling diberkati di antara para wanita, bahkan di antara semua manusia, tetapi walaupun diberkati ini tidak berarti hidupnya menjadi mudah. Justru sebaliknya! St. Teresa dari Avila pernah bertanya kepada Tuhan, mengapa Ia memberikan begitu banyak penderitaan kepada orang-orang kudus-Nya. Tuhan menjawab bahwa itu adalah cara-Nya memperlakukan sahabat-sahabat-Nya. Kemudian, St Teresa menjawab, “Itulah sebabnya Tuhan tidak memiliki banyak sahabat!”

Menjadi seorang ibu adalah berkat, tetapi berkat Tuhan tidak berarti hidup yang mudah. Berkat Tuhan yang sesungguhnya adalah kesempatan dan kemampuan untuk mengasihi lebih dalam. Mengasihi terlepas dari tantangan dan cobaan hidup, untuk memberi bahkan saat kita tidak punya, dan  berkorban saat kita tidak siap. Pada Tahun Baru ini, kita merayakan Maria sebagai seorang ibu, dan juga keibuan setiap perempuan. Itu adalah Hari Ibu di Gereja. Kita berdoa untuk setiap ibu agar mereka diberkati dengan rahmat cinta kasih, dan kita juga berkati dengan rahmat yang sama di tahun baru ini.

Diakon Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP

Leave a comment