Ibu Kita di Surga

Hari Raya Asumsi [B]

15 Agustus 2021

Lukas 1:39-56

Selain ibu saya, Bunda Maria adalah perempuan pertama dan paling penting dalam hidup saya. Saya mengenalnya sangat awal dalam hidup, dan devosi saya terus tumbuh sejak saat itu. Ketika saya pindah ke Filipina untuk formasi Dominikan, saya menyaksikan devosi yang hidup dan membara dari orang-orang Filipina terhadap Bunda kita, namun pada saat yang sama, saya juga merasakan serangan yang ganas terhadap sang Bunda. Bagaimana mungkin orang-orang yang menyebut dirinya pengikut Yesus berani menyerang ibu-Nya? Bagi saya, itu tidak terpikirkan! Biasanya, tuduhan yang sering saya dengar adalah, “Mengapa berdoa kepada Maria? Mengapa begitu menghormatinya seolah-olah dia adalah tuhan?” Jelas bagi kita, umat Katolik, bahwa Maria layak mendapat kehormatan besar karena perannya dalam misteri keselamatan, tetapi juga jelas bagi kita bahwa dia adalah seorang manusia.

Pada awalnya saya ingin membelanya habis-habisan, namun ketika saya membawa ini dalam doa, saya bertanya kepada Bunda Maria, apa yang akan dia lakukan terhadap mereka yang menyerang dan mengejeknya? Dia menjawab, “Saya terus berdoa dan mengasihi mereka. Mereka juga anak-anakku.” Jawabannya membuka mata, dan saya mulai memasuki dialog dengan mereka untuk memahami alasan di balik kebencian mereka terhadap Maria. Salah satu alasan yang saya temukan adalah bahwa bagi mereka, iman pada dasarnya adalah “tentang Yesus dan saya.” Yesus adalah penyelamat dan Tuhan pribadi saya, dan hanya Dia saja sudah cukup. Maria dan orang-orang kudus lainnya adalah penghalang, Gereja dan sakramen tidak diperlukan, dan tradisi adalah beban yang tidak perlu. Ini adalah iman saja [sola fide] yang paling murni.

Saya setuju bahwa iman harus murni, tetapi tidak individualistis. Saya percaya kepada Yesus sebagai penyelamat pribadi saya, tetapi Dia juga memanggil kita ke dalam persekutuan orang-orang kudus. Jika kita meneliti Alkitab, Tuhan memanggil orang-orang dalam konteks keluarga: Adam dan Hawa, Nuh dan keluarganya, Abraham dan Sarah, Israel dan anak-anaknya, Musa bersama Harun dan Mariam, dan Daud dengan keluarganya. Sebenarnya, kata kunci ‘perjanjian’ yang menyatukan seluruh Alkitab berarti sumpah agung untuk membangun sebuah ikatan keluarga. Yesus sendiri memanggil kedua belas murid untuk menjadi figur bapa dalam kerajaan-Nya, yakni keluarga Allah.

Jika Tuhan memanggil kita ke dalam sebuah keluarga, kita tidak sendirian dalam perjalanan menuju Yesus ini. Kita memiliki saudara dan saudari di surga yang mendukung kita, dan membantu kita dengan cara yang luar biasa. Kita juga memiliki saudara dan saudari di bumi ini, dan merupakan tanggung jawab kita untuk mendukung dan membimbing mereka dalam perjalanan ini. Dogma Maria diangkat ke surga menyatakan bahwa, kita bukan hanya realitas duniawi, tetapi bagian dari keluarga surgawi, dan kabar yang menggembirakan adalah bahwa kita memiliki ibu yang baik di surga.

Saat Maria mengantisipasi kebutuhan pasangan di Kana bahkan sebelum mereka menyadarinya, Maria menjadi perantara bagi kita bahkan sebelum kita menyadarinya. Saat Maria dengan setia mengikuti Putranya di bumi, Maria dengan setia menemani kita dalam perjalanan duniawi kita. Saat Maria berdiri kokoh di samping salib Putranya, Maria juga berdiri di samping kita dalam pencobaan hidup ini.

Bunda Maria, doakanlah kami!

Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP

Leave a comment