Jesus and the Women

11th Sunday in the Ordinary Time. June 12, 2016 [Luke 7:36—8:3]

 “So I tell you, her many sins have been forgiven; hence, she has shown great love (Luk 7:47).”

women disciplesLuke has a keen eye for the roles of woman in the life of Jesus and the Church. From the beginning of his Gospel to the end, he made sure that women have important role to play. Among the four Gospels, only Matthew and Luke wrote the infancy narrative. While Matthew had Joseph as the main character, Luke chose Mary as his protagonist. Thanks to Luke, we are able to mediate on the great stories of the Annunciation, the Visitation, and the Presentation. Due to Luke also, we may sing Mary’s Magnificat.

In today’s Gospel, Luke presented several women and their important contributions. The first is the unnamed yet repented woman. The woman stands as contrast to the male host, Simon the Pharisee. While Simon felt right and needed no repentance, the woman admitted her sins and asked Jesus’ forgiveness. Jesus presented the woman as good model for us, Christians. Often like Simon the Pharisee, we feel we are in no need of repentance because we are Church’s people. We go to the Church regularly and we are active in various ministries. We feel just right. But, we are forgetting the elementary truth that everyone is a sinner and in need of His mercy. St. Paul reminds us, “All have sinned and are deprived of the glory of God. 24 They are justified freely by his grace through the redemption in Christ Jesus, (Rom 3:23-24).”

When we remind ourselves that we are practically nothing without His love. Everything we are and have, are His gift, we cannot but be grateful. The woman showed a great love to Jesus, she receives forgiveness. We will love and serve the Lord because we are forgiven and loved. The repented woman remind us that humility and gratitude are the right dispositions to serve the Lord. it is not because we are good, capable, and talented.

After the story of the repented woman, Luke also mentioned several women: Mary of Magdalene, Joanna, Susanna and many others. All have something in common. They supported Jesus and His preaching ministry out of their own resources. Male disciples, like Peter, John and James have been always in the spotlight, but Luke gave us an idea that their ministry was practically impossible without the generous support of these woman. Our Church inherited an apostolic tradition. This means the apostles and their successors take the leadership helm. This means also our Catholic, Apostolic Church’s leadership is entrusted to men. Yet, we need to remember without the generosity of women, this Church will not operate well.

I myself have experienced this such generosity. I am part of the Lectors’ group of Sto. Domingo Parish in Metro Manila and many of its members are women. I am always amazed on how generous they are in their time and resources for the parish and ministry despite their problems and limitation. I am also member of the Dominican family, and our female counterpart has played indispensable role. Before he established the Order of Preachers, St. Dominic founded first the Dominican nuns in Prouille. One of the reasons is to spiritually support the rigorous preaching of the brothers. Up to this day, the Dominican sisters are in the forefront in supporting the brothers and the lay Dominicans. Certainly, my own mother has been generous in giving me to the Church. Without their generosity, I would have not been in my place now. Indeed, without women’s generosity, the Church would have not been in this place now.

Br. Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP

Yesus dan Para Perempuan

Minggu Biasa ke-11. 12 Juni 2016 [Lukas 7:36-8:3]

 “Aku berkata kepadamu: Dosanya yang banyak itu telah diampuni, sebab ia telah banyak berbuat kasih. (Luk 7:47).”

Lukas memiliki perhatiawomen disciples 2n khusus bagi peran perempuan dalam kehidupan Yesus dan Gereja. Di Injilnya, ia memastikan bahwa perempuan memiliki peran penting. Di antara keempat Injil, hanya Matius dan Lukas menulis kisah kelahiran Yesus. Sementara Matius memiliki Joseph sebagai karakter utama, Lukas memilih Maria sebagai protagonisnya. Karena Lukas, kita bisa merenungkan kisah-kisah besar seperti Maria menerima Kabar Gembira, Maria mengunjungi Elizabet. Karena Lukas juga, kita bisa ikut bernyanyi Kidung Maria atau Magnificat.

Dalam Injil hari ini, Lukas menulis beberapa perempuan dan kontribusi penting mereka. Yang pertama adalah perempuan yang tak bernama dan memohon pengampunan. Perempuan itu menjadi kontras dengan tuan rumah laki-laki, Simon orang Farisi. Sementara Simon merasa benar dan tidak membutuhkan pertobatan, perempuan itu menyadari dosa-dosanya dan meminta pengampunan Yesus. Yesus mempersembahkan sang perempuan sebagai model yang baik bagi kita, orang-orang Kristiani. Sering seperti Simon orang Farisi, kita merasa tidak membutuhkan pertobatan karena kita adalah orang-orang Gereja. Kita pergi ke Gereja secara teratur dan kita aktif di berbagai pelayanan. Kita merasa benar. Tapi, kita melupakan kebenaran dasar bahwa kita adalah orang berdosa dan membutuhkan rahmat-Nya. St Paulus mengingatkan kita, “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus. (Rom 3: 23-24).”

Saat kita sadar bahwa kita bukanlah apa-apa tanpa kasih-Nya, dan semua yang kita miliki, adalah karunia-Nya, kita hanya bisa bersyukur dan rendah hati. Sang perempuan menunjukkan kasih yang besar kepada Yesus, karena ia menerima pengampunan. Kita akan mengasihi dan melayani Tuhan karena kita diampuni dan dikasihi. Perempuan yang bertobat mengingatkan kita bahwa kerendahan hati dan rasa syukur adalah disposisi yang tepat untuk melayani Tuhan, dan bukan karena kita baik, mampu, dan berbakat.

Setelah kisah perempuan bertobat ini, Lukas juga menyebutkan beberapa perempuan: Maria Magdalena, Yohana, Susanna dan beberapa yang lainnya. Semua memiliki kesamaan. Mereka mendukung Yesus dan misi pewartaan-Nya dengan kekayaan mereka. Benar bahwa murid laki-laki, seperti Petrus, Yohanes dan Yakobus selalu menjadi sorotan, tetapi Lukas memberi kita gambaran bahwa pelayanan mereka praktis tidak mungkin tanpa dukungan dari para perempuan yang murah hati ini. Gereja kita mewarisi tradisi apostolik. Ini berarti para rasul dan penerus mereka yang adalah kaum pria mengambil pucuk kepemimpinan. Namun, kita perlu ingat tanpa kemurahan hati perempuan, Gereja yang kita cintai ini akan pincang.

Saya sendiri mengalami kemurahan hati Injili ini. Saya adalah bagian dari kelompok lektor Paroki Sto. Domingo di Metro Manila dan banyak anggotanya adalah perempuan. Saya selalu kagum dengan kemurahan hati mereka dalam membagikan waktu, tenaga dan dana bagi paroki dan pelayanan meskipun berbagai masalah dan keterbatasan yang mereka harus hadapi. Saya juga anggota dari keluarga Dominikan, dan rekan perempuan kita telah memainkan peran tak tergantikan. Sebelum Santo Dominikus de Guzman membentuk Ordo Pengkhotbah, ia terlebih dahulu mendirikan biara para biarawati Dominikan di Prouille. Salah satu alasannya adalah untuk mendukung secara rohani misi pewartaannya dan saudara-saudaranya. Sampai hari ini, para suster Dominikan berada di garis terdepan dalam mendukung para imam, frater dan awam. Tentu saja, banyak perempuan murah hati yang selalu mendukung dan mendoakan saya di perjalan panggilan ini. Secara khusus, ibu saya sendiri telah bermurah hati dalam mempersembahkan saya ke Gereja. Tanpa kemurahan hati mereka, saya akan tidak berada di tempat saya sekarang. Memang, tanpa kemurahan hati perempuan, Gereja akan tidak berada di tempat ini sekarang.

Frater Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP