Minggu Biasa ke-16. [17 Juli 2016] Lukas 10: 38-42
“Hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya (Luk 10:42).”
Beberapa minggu yang lalu, saya mengik
uti seminar dan lokakarya tentang pengenalan dan pengembangan kepribadian di Manila, Filipina. Seperti yang saya duga, hasil tes menyatakan bahwa saya secara dominan adalah introvert, yang berarti saya kepribadian yang tenang dan pendiam. Saya menemukan kekuatan dalam keheningan. Saya tidak sendirian karena banyak juga peserta adalah introvert. Namun, tidak sedikit yang memiliki kepribadian yang berlawanan dengan kami. Mereka adalah ekstrovert, yang berarti mereka menyukai banyak aktivitas dan senang berinteraksi dengan orang lain. Sang pembicara mengingatkan bahwa perbedaan tidak boleh membawa kita ke permusuhan. Jika dikembangkan dengan baik, kepribadian kita yang unik akan saling melengkapi dan berkontribusi dalam pelayanan di Gereja dan kemuliaan Tuhan.
Membaca Injil hari ini, kita menemukan dua protagonis, Marta dan Maria. Tak diragukan lagi, Marta secara dominin adalah ekstrovert. Dia melakukan semua pekerjaan. Dia sangat aktif. Bahkan, dia tidak segan-segan terlibat pembicaraan dengan Yesus. Sementara Maria adalah tipikal introvert. Dia bisa tenang, diam dan hanya mendengarkan Yesus. Dia bahkan tidak bergerak di kaki Yesus. Tidak ada satupun kata yang terucap dari mulutnya.
Dalam cerita, ketika Marta mengeluh kepada Yesus karena saudaranya yang diam saja, Yesus membela Maria. Apakah ini berarti bahwa Yesus lebih meyukai pribadi introvert daripada ekstrovert? Saya rasa tidak. Jika kita melihat kehidupan Yesus, kita dapat mengatakan bahwa Yesus secara dominan adalah ekstrovert. Ia melakukan banyak hal: penyembuhan, mengusir roh jahat, memberi makan, melakukan mujizat, dan mengajar. Dia terlibat dalam kehidupan banyak orang. Dia menghadiri banyak pesta dan perayaan, dan bahkan dituduh sebagai pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang-orang berdosa (lit. Mat 11:19)!
Jadi, mengapa Yesus berkata kepada Marta, “Tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik (Luk 10:42)?” Saya percaya Yesus tidak pilih kasih. Sebaliknya, Yesus bermaksud mengingatkan Marta bahwa ia telah kehilangan tujuan utama dari pelayanannya. Yesus tidak alergi dengan Marta yang adalah ekstrovert, tapi Marta membandingkan dirinya dengan saudaranya. Lebih buruk lagi, ia memaksakan caranya sebagai cara terbaik terbaik untuk melayani Tuhan. Saat ia terhanyut di dalam dirinya sendiri, Marta kehilangan Yesus.
Maria memilih bagian yang lebih baik karena ia tidak memaksakan kehendaknya dan membiarkan Marta menjadi Marta. Dia tidak mengeluh ketika Marta melakukan sesuatu yang berbeda darinya, karena ia fokus pada Yesus. Maria menolak godaan untuk membuat dirinya sebagai pusat pelayanan dan kehidupannya, dan menjadikan dirinya sabagai tuhan kecil. Jadi, tidak hanya dia membolehkan Marta menjadi Marta, ia juga membolehkan Yesus menjadi Tuhan. Ini adalah bagian yang terbaik.
Kita semua, dengan kepribadian yang unik dan bakat yang berbeda, dipanggil untuk menjadi murid Yesus, dan untuk berkontribusi dalam membangun Gereja-Nya. Gereja membutuhkan baik introvert dan ekstrovert. Bahkan, ketika kita bekerja bersama-sama, kita dapat berkontribusi secara signifikan lebih besar dari kontribusi individu kita masing-masing. Beberapa frater-frater saya di komunitas menikmati bermisi dan berkhotbah di banyak tempat. Saya mengakui bahwa saya harus mengerahkan usaha ekstra untuk sekedar pergi keluar seminari, dan jauh lebih mudah bagi saya untuk menghabiskan berjam-jam membaca dan menulis. Kami kemudian bekerja sama. Saya menawarkan berbagai materi pewartaan dan frater-frater saya melakukan aksi pewartaan yang sebenarnya.
Bahayanya adalah ketika kita hanya berpikir bahwa cara kita adalah satu-satunya cara dan mulai mengeluh tentang orang-orang yang berbeda dari kita. Kita tidak lagi memikirkan Kristus, tetapi diri kita sendiri, dan membuat diri kita sebagai tuhan-tuhan kecil. Kita berdoa agar kita dapat memilih bagian yang lebih baik karena kita bekerja bersama-sama untuk melayani Tuhan, dan di dalam karya dan kehidupan kita, Tuhan benar-benar dimuliakan.
Frater Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP

tapi bagaimana dengan Yesus yang sering mengasingkan diri dari keramaian? bukankah Dia melakukan recharge, dan murid muridnya yang sering bersama sama dengan Dia, cuma beberapa aja
LikeLike
ya bisa dibilang Yesus adalah pribadi yang balanced. Dia aktif mewartakan Injil dan berinteraksi dgn banyak orang, tapi juga tahu kapan harus mencari waktu tenang dan berdoa.
LikeLike