Pertobatan dan Akhir Zaman

Minggu Biasa ke-33 [B]
14 November 2021
Markus 13:24-32

Kita mendekati akhir tahun. Kita berada di pertengahan November, dan kita akan mengakhiri 2021 setidaknya 50 hari lagi. Pada saat yang sama, kita berada pada hari Minggu ke-33 pada Masa Biasa, dan minggu depan, kita akan merayakan Kristus Raja, hari Minggu pamungkas dalam tahun Liturgi. Dengan demikian, Gereja memberi kita Injil yang berbicara tentang akhir zaman.

photocredit: Austrian National Library

Yesus sedang bersama murid-murid-Nya di Bukit Zaitun tepat di sebelah timur Yerusalem, menghadap Bait Allah. Salah satu murid-Nya mengklaim bahwa Bait Allah dibangun dengan megah dan sungguh, Bait Allah menjadi salah satu keajaiban kuno. Bangunan ini dibangun dengan mengumpulkan ribuan batu besar. Satu balok batu bahkan bisa mencapai lebih dari 10 ton. Tidak hanya megah, itu juga indah. Emas dan batu mulia menghiasi bangunan suci ini. Tidak heran jika banyak orang berharap bahwa Bait Allah akan bertahan selamanya.

Namun, Yesus memiliki pandang berbeda. Dia menyatakan penghakiman-Nya atas Yerusalem, dan Bait Allah akan dibakar dan dihancurkan hanya dalam satu generasi setelah Yesus. Sungguh, penghakiman Yesus menjadi kenyataan ketika pada tahun 70 M, Titus dan tentara Romawinya mengepung dan akhirnya meratakan Yerusalem. Josephus, seorang sejarawan Yahudi, menceritakan bahwa selama pengepungan, ratusan orang disalibkan setiap hari dan orang-orang di dalam kota terpaksa melakukan praktik kanibalisme untuk bertahan hidup. Bait Allah terbakar, dan setelah beberapa waktu, bangunan paling indah di zaman kuno tinggal reruntuhan dan puing-puing saja.

Mengapa Yesus mengucapkan penghakiman yang begitu mengerikan ke kota Yerusalem, ke tempat suci di Israel? Itu karena Yerusalem, terutama para penatua, menolak Yesus, dan menolak Yesus berarti menolak Tuhan sendiri. Namun, penghakiman semacam ini bukanlah pertama kalinya. Dalam Perjanjian Lama, para nabi terus memperingatkan bangsa Israel untuk kembali kepada Allah. Namun, Israel, yang diwakili oleh raja dan imamnya, menolak panggilan itu, dan bahkan menganiaya para nabi Allah. Kerajaan Israel akhirnya menghadapi penghakimannya. Kerajaan utara dihancurkan oleh kekaisaran Asyur pada 721 SM, dan kerajaan selatan diasingkan oleh kekaisaran Babilonia pada 587 SM.

Yesus tidak bertindak seperti seorang nabi malapetaka yang pesimistis. Yesus pada dasarnya membangkitkan pesan para nabi pendahulu-Nya. Pesan Injil Yesus adalah pertobatan. Kita dipanggil untuk percaya kepada Yesus, dan ini bukan hanya di bibir kita, tetapi juga dalam hidup kita. Yesus mengkritik para pemimpin agama di zaman-Nya, baik para imam maupun kaum awam, yang melakukan tugas keagamaan mereka sebagai sebuah pertunjukan, tetapi secara diam-diam melakukan kejahatan terhadap kaum miskin Israel. Jika kita gagal untuk bertobat, kita mungkin akan menghadapi bencana yang sama.

Sering kali, saya mendengar beberapa orang berkata, “Saya akan mengakui dosa-dosa saya ketika saya sudah tua.” Atau, “Saya tidak perlu berubah karena ketika saya sekarat, saya akan menerima pengurapan orang sakit, dan saya akan pergi ke surga.” Pemikiran seperti ini berbahaya. Mengapa? Pertama, ini adalah penyalahgunaan rahmat, sebuah dosa serius. Kedua, jika kita tidak bertobat sekarang, semakin keras hati kita, dan semakin sulit untuk keluar dari jeratan dosa kita.
Penghakiman Yesus mungkin tentang akhir Yerusalem dan akhir zaman, tetapi intinya adalah tentang pertobatan kita di sini dan sekarang.

Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP

Leave a comment