Bersukacita, Berdoa, dan Bersyukur

Hari Minggu Gaudete. Minggu ke-3 Masa Adven [B]
17 Desember 2023
Yohanes 1:6-8, 19-28

Pada Minggu Gaudete ini, Santo Paulus mengajarkan, “Bersukacitalah selalu. Berdoalah tanpa henti. Dalam segala keadaan, mengucap syukurlah, karena itulah yang dikehendaki Allah bagi kamu dalam Kristus Yesus. (1 Tes 5:16).” Paulus memberi kita tiga karakteristik dasar orang Kristen: bersukacita senantiasa, berdoa tanpa henti, dan mengucap syukur dalam segala hal. Paulus mengingatkan kita bahwa karakter-karakter ini bukanlah sebuah pilihan, melainkan kehendak Tuhan bagi kita. Namun, bagaimana kita dapat bersukacita di tengah penderitaan? Bagaimana kita dapat berdoa ketika kita disibukkan dengan tugas dan pekerjaan kita? Bagaimana kita dapat mengucap syukur di tengah-tengah pencobaan?

Kuncinya adalah kita tidak dapat mengandalkan kekuatan kita sendiri, tetapi pada rahmat Allah yang memampukan kita untuk melakukan ketiga tugas yang mustahil ini. Melalui rahmat Allah, kita dimampukan untuk selalu bersukacita, bahkan di tengah-tengah masa-masa sulit. Bersukacitalah [bahasa Yunani ‘χαίρω’ – chairo] bukanlah sekadar emosi sesaat atau rasa senang yang berasal dari hal-hal yang berasal dari luar. Bersukacita adalah sebuah pilihan. Tindakan ini mengalir dari kesadaran bahwa Tuhan memegang kendali atas setiap peristiwa dalam hidup kita. Bahkan pada saat-saat yang paling menyakitkan sekalipun, Tuhan mengizinkan hal itu terjadi karena Dia memiliki tujuan yang baik bagi kita. Memang, Tuhan tidak memberitahukan kepada kita sebelumnya rencana-Nya. Namun, Roh Kudus datang dan memberikan kita iman dan pengharapan kepada-Nya dan penyelenggaraan-Nya.

Rahmat Tuhan juga memampukan kita untuk bersyukur kepada-Nya setiap saat. Bersyukur dan bersukacita, pada kenyataannya, berhubungan erat, seperti dua sisi mata uang yang sama. Kita dapat mengucap syukur dalam segala situasi karena Roh Kudus menolong kita untuk melihat bahwa segala sesuatu yang kita lakukan dan alami memiliki tujuan. Dan, ketika segala sesuatu yang kita lakukan, kita lakukan demi kasih Allah. Tindakan ini menjadi berkat dan penyebab sukacita. Kata untuk mengucap syukur dalam bahasa Yunani adalah ‘εὐχαριστέω’ [eucharisteo], dan kata ini memiliki akar kata yang sama dengan kata Ekaristi. Dengan demikian, setiap kali kita merayakan Ekaristi, kita mempersembahkan kurban Yesus Kristus dan hidup kita sebagai ucapan syukur kepada Allah.

Terakhir, bagaimana kita berdoa tanpa henti? Meluangkan sedikit waktu untuk berdoa setiap hari saja sudah sulit. Apakah itu berarti kita harus mundur dari pekerjaan kita, meninggalkan tanggung jawab kita dalam keluarga, dan menyepi masuk goa untuk berdoa? Tentu saja tidak! Berdoa tanpa henti dapat dilakukan setidaknya dengan dua cara. Pertama, kita berdoa sebagai komunitas orang beriman, yakni Gereja, tubuh Kristus yang satu. Dengan demikian, ketika kita tidak dapat berdoa pada saat ini, saudara-saudari kita di tempat lain akan berdoa untuk kita dan atas nama kita. Karena jutaan umat Katolik berdoa di seluruh dunia, doa-doa kita tidak terputus.

Kedua, kita mengandalkan Roh Kudus untuk berdoa bagi kita. Paulus sendiri mengatakan kepada kita, “Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita, sebab kita tidak tahu, bagaimana harus berdoa seperti yang seharusnya, tetapi Roh sendiri yang berdoa untuk kita dengan keluhan-keluhan yang tidak terungkapkan dengan kata-kata (Rm. 8:26-27).” Kita meminta Roh Kudus untuk hadir dan menguduskan setiap kegiatan kita, dan sebelum kita beristirahat, kita mempersembahkan hari kita kepada Tuhan.

Bersukacitalah selalu, berdoalah tanpa henti, dan mengucap syukurlah dalam segala hal!

Roma
Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP

Leave a comment