Dua Cara Mewartakan Injil

Minggu ke-5 Paskah [C]

18 Mei 2025

Kisah Para Rasul 14:21-27

Dalam bacaan pertama, kita telah mendengar tentang perjalanan misi Santo Paulus dan rekannya Santo Barnabas. Misi mereka menunjukkan kepada kita bagaimana Gereja perdana memenuhi perintah Yesus, “Jadikanlah semua bangsa murid-Ku (Mat 28:19).” Jadi, apa yang dapat kita temukan dari teladan mereka?

Pertama, mari kita simak kisah Santo Paulus secara keseluruhan. Setelah pertobatannya, Paulus tinggal di Antiokhia (sekarang di Turki bagian tenggara), di mana ia menjadi seorang guru dan nabi yang dihormati. Kemudian Roh Kudus memanggil Paulus dan Barnabas untuk dikhususkan bagi pekerjaan Tuhan. Komunitas Kristiani menugaskan mereka untuk mewartakan di tempat-tempat di mana Injil belum pernah didengar. Mereka melakukan perjalanan ke berbagai tempat termasuk pulau Siprus dan kota-kota di Turki selatan – Antiokhia Pisidia, Ikonium, Derbe, dan Listra.

Mereka memberitakan Kabar Baik kepada orang-orang Yahudi dan bukan Yahudi di tempat-tempat tersebut, membawa banyak jiwa percaya kepada Yesus Kristus. Namun, Paulus dan Barnabas tahu bahwa mereka tidak akan tinggal di sana secara permanen, tetapi mereka harus melanjutkan perjalanan mereka untuk memberitakan Injil di lebih banyak tempat lagi. Untuk menjaga komunitas Kristiani yang baru didirikan ini, mereka mengangkat “penatua” (Yunani: presbuteroi). Para penatua ini menjadi pemimpin yang stabil dalam komunitas, yang bertanggung jawab untuk memimpin ibadah, memberitakan Injil, dan memelihara disiplin rohani.

Lalu, apa yang dapat kita pelajari dari perjalanan misi Paulus? Kita melihat setidaknya ada dua cara yang sangat penting dalam memberitakan Injil. Cara pertama adalah pergi memberitakan Injil ke tempat yang belum pernah mendengar Injil dan di mana iman belum berakar. Mereka yang mengikuti jalan ini biasanya disebut misionaris. Para misionaris cenderung berpindah dari satu tempat ke tempat lain ketika kebutuhan akan Injil muncul. Cara kedua berfokus pada pendalaman pemahaman Injil dan kedewasaan iman bagi mereka yang sudah percaya, memelihara dan melindungi iman mereka. Dalam tradisi Katolik, cara kedua ini dilakukan oleh para “penatua” – para uskup yang dibantu oleh para imam dan diakon, yang tinggal lebih stabil dalam komunitas yang mereka layani.

Di sisi lain, perbedaan antara misionaris dan penatua tidaklah kaku. Orang yang sama bisa berperan baik sebagai misionaris dan penatua. Contoh sederhana adalah Paus Leo XIV. Sebelum menjadi Paus, beliau adalah seorang imam Ordo St. Agustinus dari Amerika Serikat yang menjadi misionaris di Peru. Kemudian dia menjadi uskup Chiclayo, Peru. Identitas misionaris dan penatua menyatu di dalam dirinya.

Namun, kita harus ingat bahwa tugas pewartaan Injil tidak hanya diberikan kepada para misionaris atau penatua, tetapi juga kepada kita semua. Kita pun dapat dan harus mempraktikkan kedua cara kuno untuk memberitakan Injil. Di dunia modern ini, kesempatan untuk membagikan Injil sangatlah berlimpah. Kita dapat mengkomunikasikan berbagai aspek dari iman kita, mulai dari kebenaran hingga keindahannya, melalui berbagai platform media sosial. Interaksi pribadi dengan teman dan saudara juga memberikan kesempatan untuk memperkenalkan iman kita. Bahkan jika kita merasa sulit untuk menjelaskan iman kita dengan kata-kata, kita selalu dapat mengundang kerabat dan teman-teman kita untuk bergabung dengan kita di Misa.

Para orang tua secara khusus mewujudkan kedua pendekatan ini secara bersamaan. Para orang tua dipanggil untuk memperkenalkan iman kepada anak-anak mereka melalui baptisan dan katekese dasar, mengajar mereka cara berdoa dan membagikan kebenaran-kebenaran mendasar dari iman. Seperti para penatua Gereja, para orang tua kemudian harus terus memelihara iman anak-anak mereka melalui gaya hidup yang sesuai ajaran Injil, doa, dan bimbingan. Kita juga harus mendukung para katekis kita yang bekerja tanpa lelah untuk memperkenalkan dan memperdalam iman, terlepas dari banyaknya tantangan yang mereka hadapi.

Roma

Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP

Pertanyaan-pertanyaan panduan:

Bagaimana kita mewartakan Injil dalam situasi-situasi khusus kita? Siapa yang secara khusus membutuhkan kita untuk memperkenalkan mereka kepada Yesus? Sudahkah kita menolong orang-orang yang dekat dengan kita untuk bertumbuh lebih dekat dengan Tuhan? Apakah orang lain mengenali kita sebagai orang yang membawa Yesus bersama kita?

Leave a comment