Minggu ke-20 dalam Masa Biasa [C]
17 Agustus 2025
Lukas 12:49-53
Ketika Yesus berkata, “Aku datang untuk membakar bumi ini, dan betapa Aku menginginkan api itu sudah berkobar!” (Lukas 12:49), Dia menggunakan api sebagai simbol Alkitab yang sarat dengan makna rohani yang mendalam. Namun, apa arti “api” yang dimaksud Yesus di sini?

Api dalam Kitab Suci adalah gambaran yang mewakili kehadiran Allah, penghakiman, penyucian, dan juga kuasa transformatif Roh Kudus. Dengan mengkaji dimensi-dimensi ini, kita dapat memahami lebih baik misi Kristus dan kerinduan-Nya akan api yang akan memperbaharui dunia.
1. Api sebagai Kehadiran Allah yang Nyata
Di Perjanjian Lama, api berfungsi sebagai tanda terlihat dari kekudusan dan kedekatan Allah. Ketika Musa menjumpai semak yang berkobar namun tidak menghanguskannya, api ini mengungkapkan kehadiran kudus Allah yang juga menjadi tanda awal pembebasan Israel (Kel 3:2–5). Kemudian, saat Israel berziarah di padang gurun, Allah memimpin mereka dengan tiang api, sebagai sebuah pengingat akan perlindungan dan bimbingan-Nya (Kel 13:21–22). Di Gunung Sinai, Allah turun dengan api, dan hal ini menandakan kehadiran-Nya yang megah namun dekat dengan umat-Nya (Kel 19:18). Contoh-contoh ini menunjukkan bahwa api melambangkan keterlibatan aktif Allah dalam sejarah manusia. Yesus, sang api ilahi, adalah puncak dan kesempurnaan kehadiran aktif Allah di dunia.
2. Api sebagai Hukuman Ilahi
Api juga melambangkan keadilan Allah terhadap dosa. Kehancuran Sodom dan Gomora oleh “belerang dan api” (Kej 19:24) menunjukkan murka-Nya terhadap kejahatan. Demikian pula, Nadab dan Abihu, anak-anak Harun, sang imam besar, tiba-tiba dimakan oleh api suci (Im 10:1-2) saat mereka mempersembahkan api dan dupa yang tidak sah. Hal ini menggambarkan betapa seriusnya melayani Allah, dan konsekuensi serius saat kita tidak menghormati kehadiran Allah. Dari kisah-kisah ini, kita bisa melihat bahwa kata-kata Yesus dalam Lukas 12 mengandung peringatan: Kedatangan-Nya sebagai api akan memicu pemisahan antara mereka yang menerima kebenaran Allah dan mereka yang menolaknya (12:51–53).
3. Api sebagai Penyucian
Namun, api tidak hanya merusak; ia juga menyucikan. Pada awal pelayanannya, bibir yang najis Yesaya disucikan oleh bara api yang menyala (Yes 6:6–7). Sementara itu, nabi Maleakhi bernubuat bahwa Allah akan menyucikan umat-Nya seperti api (Mal 3:2–3). Dalam Perjanjian Baru, Paulus mengulang gagasan ini, menggambarkan bagaimana “Hari Tuhan” akan menguji setiap perbuatan manusia dengan api, membakar apa yang tidak berguna sambil menjaga apa yang kekal (1 Korintus 3:12–15). Api Yesus, oleh karena itu, adalah panggilan kepada kekudusan dan pertobatan.
4. Api sebagai Kuasa Roh Kudus
Akhirnya, api melambangkan kehadiran dinamis Roh Kudus. Pada hari Pentekosta, lidah-lidah api turun atas para murid, memenuhi mereka dengan Roh Kudus dan memberdayakan mereka untuk memberitakan Injil dengan berani (Kis 2:1-4). Hal ini memenuhi nubuat Yohanes Pembaptis bahwa Yesus akan membaptis “dengan Roh Kudus dan api” (Mat 3:11). Ketika Yesus berbicara tentang membakar bumi, Dia berbicara tentang pencurahan Roh Kudus, yang adalah api rohani yang akan membakar semangat pemberitaan Injil, mengubah hidup, dan menyebarkan Injil ke seluruh bangsa.
Keinginan Kristus untuk “membakar bumi” adalah ringkasan dari seluruh misinya: untuk mengungkapkan kehadiran Allah, menghancurkan dosa dengan keadilan, memurnikan orang beriman, dan mengutus Roh Kudus untuk memberdayakan Gereja.
Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP
Pertanyaan Refleksi:
Bagaimana kita telah mengalami kehadiran Allah sebagai api yang membimbing atau memurnikan dalam hidup kita? Apakah “api Roh Kudus” mendorong kita untuk berbagi Kristus dengan orang lain? Jika tidak, apa yang menghalangi kita? Di bidang mana kita membutuhkan Yesus untuk menyempurnakan kita, membakar dosa dan menerangi iman kita?
