Basilika Santo Yohanes Lateran

Pesta Pendirian Basilika Lateran di Roma [C]

9 November 2025

Yohanes 2:13-22

Hari ini, Gereja merayakan Peresmian Basilika Santo Yohanes Lateran di Roma. Mungkin banyak dari kita tidak tahu dengan basilika ini, dan yang lain mungkin bertanya-tanya mengapa pemberkatannya dirayakan dengan begitu khidmat. Untuk memahami hal ini, kita harus kembali ke sejarah awal Gereja Katolik.

Komunitas Kristen pertama di Roma kemungkinan didirikan sekitar tahun 33-34 M. Kisah Para Rasul menceritakan bahwa para peziarah Yahudi dari Roma hadir pada Hari Pentekosta, mendengarkan khotbah Petrus, dibaptis, dan membawa iman kembali ke ibu kota kekaisaran (Kis 2:1-42). Inilah benih Gereja di Roma. Ketika Santo Petrus sendiri tiba di sana, ia diakui sebagai pemimpin—Uskup Roma pertama.

Selama berabad-abad, Gereja muda ini mengalami penganiayaan yang brutal. Penganiayaan pertama yang disahkan negara dimulai di bawah Kaisar Nero pada tahun 65 M, yang menyalahkan orang-orang Kristen atas kebakaran besar di Roma. Penganiayaan Nero menewaskan Rasul besar Petrus dan Paulus. Namun, penganiayaan yang paling sistematis dan kejam datang kemudian di bawah Kaisar Diocletian (303-311 M), yang memerintahkan penghancuran kitab suci, tempat-tempat suci, dan eksekusi dari anggota Gereja di seluruh kekaisaran.

Era kegelapan ini berganti menjadi cahaya. Setelah Diocletian, kekaisaran Romawi terjerumus ke dalam perang saudara. Beberapa jenderal, termasuk Konstantinus, bertarung untuk takhta. Pada malam sebelum pertempuran di jembatan Milvian yang menentukan, pada tahun 312 M, Konstantinus melihat penglihatan salib di langit dengan kata-kata, “En Toutō Nika”—“Dalam tanda ini, engkau akan menang.” Setelah penglihatan ini, ia memerintahkan pasukannya untuk menandai perisai mereka dengan simbol Chi-Rho (☧), dua kata huruf pertama dari Kristus di dalam bahasa Yunani. Setelah kemenangan dan menjadi kaisar, Konstantinus tidak hanya mengakhiri penganiayaan terhadap umat Kristiani tetapi juga menjadi pelindung kuat bagi Gereja.

Sebagai ungkapan syukur, ia mendonasikan tanah milik keluarga Lateran kepada Gereja. Di tanah tersebut, ia membangun basilika besar yang didedikasikan untuk Kristus Sang Penyelamat—basilika kepausan publik pertama (kemudian, basilika ini juga didedikasikan kepada Santo Yohanes Pembaptis dan Santo Yohanes Penginjil). Paus Silvester menerima hadiah ini dan menetapkannya sebagai katedralnya – tahta resmi Uskup Roma. Ini adalah pergeseran monumental: Gereja keluar dari katakombe yang tersembunyi ke ruang publik, tanda kuat akan penyelenggaraan Allah dan kemenangan iman.

Itulah mengapa Basilika Santo Yohanes Lateran memegang gelar “Omnium Urbis et Orbis Ecclesiarum Mater et Caput”—“Ibu dan Kepala Semua Gereja di Kota dan Dunia.” Meskipun para paus memindahkan kediaman mereka ke Vatikan pada abad ke-14 setelah kebakaran, Lateran tetap menjadi katedral kota Roma. Oleh karena itu, dalam merayakan pendiriannya, kita merayakan sejati dasar Gereja Roma, Takhta Petrus, dan kemenangan Gereja Kristus atas dunia dan kejahatan.

Roma

Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP

Pertanyaan panduan:

Apakah kita benar-benar menyadari sejarah yang kaya dan panjang dari Gereja kita? Apakah kita menyadari bahwa kita merupakan bagian dari keluarga Katolik yang lebih besar dan universal yang tersebar di seluruh dunia? Seberapa dalam kita hidup dalam iman kita setiap hari? Apakah kita pernah mengalami penganiayaan, ataukah kita diberkati dengan kebebasan untuk mengekspresikan iman kita secara terbuka? Apa yang kita lakukan—secara pribadi dan sebagai komunitas—untuk membantu Gereja kita tumbuh dalam iman, kasih, dan kesaksian?

Leave a comment